Senin, 25 April 2016

teori permintaan uang.

Teori permintaan uang  = pemikiran post Keynesian


A.   Pendahuluan
Post Keynesian Istilah ini pertama kali digunakan untuk merujuk ke sekolah yang berbeda pemikiran ekonomi dengan Eichner dan Kregel (1975) dan pembentukan Journal of Post Keynesian Economics pada tahun 1978.. Sebelum tahun 1975, dan kadang-kadang dalam beberapa bekerja lebih, Post Keynesian hanya bisa berarti ekonomi dilakukan setelah tahun 1936, tanggal Keynes Teori Umum . Post ekonom Keynesian bersatu dalam mempertahankan itu teori Keynes serius disalahpahami oleh dua lainnya Keynesian pokok sekolah: ekonomi neo-Keynesian yang ortodoks pada 1950-an dan 60-an – dan dengan ekonomi Keynesian Baru , yang bersama-sama dengan berbagai untai ekonomi neoklasik telah dominan dalam arus utama ekonomi makro sejak 1980-an. Post Keynesian economics can be seen as an attempt to rebuild economic theory in the light of Keynes’s ideas and insights. Post Keynesian ekonomi dapat dilihat sebagai upaya untuk membangun kembali teori ekonomi dalam terang ide-ide Keynes dan wawasan. Namun bahkan pada awal tahun Post Keynesian seperti Joan Robinson berusaha untuk menjauhkan diri dari Keynes sendiri dan banyak saat ini pikiran Post Keynesian tidak dapat ditemukan pada Keynes. Beberapa Keynesian Post mengambil pandangan yang lebih progresif dari Keynes dengan penekanan lebih besar pada kebijakan pekerja ramah dan re-distribusi.  Robinson, Paul Davidson dan Hyman Minsky adalah penting untuk menekankan dampak terhadap perekonomian dari perbedaan praktis antara berbagai jenis investasi yang berbeda dengan Keynes abstrak pengobatan lebih.
Landasan teoritis ekonomi Keynesian Post prinsip permintaan efektif, bahwa permintaan masalah dalam jangka panjang serta jangka pendek, sehingga ekonomi pasar yang kompetitif atau otomatis tidak memiliki kecenderungan alami terhadap pekerjaan penuh . Berlawanan dengan pandangan ekonom Keynesian Baru bekerja dalam tradisi neo-klasik, Post Keynesian tidak menerima bahwa dasar teori kegagalan pasar untuk menyediakan lapangan kerja penuh harga kaku atau lengket atau upah. Post Keynesians typically reject the IS/LM model of John Hicks , Post Keynesian biasanya menolak IS / LM dari John Hicks , yang sangat berpengaruh dalam ekonomi neo-Keynesian.
Kontribusi positif dari ekonomi Keynesian Post telah melampaui teori kerja agregat untuk teori distribusi pendapatan, pertumbuhan, perdagangan dan pembangunan di yang menuntut memainkan peran kunci, sedangkan pada ekonomi neoklasik ini ditentukan oleh kekuatan ekuilibrium umum. Di bidang teori moneter, ekonom Keynesian Post adalah di antara yang pertama untuk menekankan bahwa jumlah uang beredar menanggapi permintaan kredit bank,  sehingga bank sentral dapat memilih jumlah uang atau suku bunga tapi tidak keduanya pada saat yang sama. Dalam bidang keuangan, Hyman Minsky mengajukan teori krisis keuangan berdasarkan kerapuhan keuangan, yang baru-baru ini mendapat perhatian diperbaharui.
Ada beberapa helai untuk teori Post Keynesian dengan penekanan yang berbeda. Joan Robinson regarded Michal Kalecki’s Teman-teori Kalecki didasarkan pada pembagian kelas antara pekerja dan kapitalis dan persaingan tidak sempurna. Dia juga memimpin kritik dari penggunaan fungsi produksi agregat berdasarkan modal homogen – yang kontroversi modal Cambridge – argumen tapi tidak. pertempuran menang  Sebagian besar Nicholas Kaldor karya ‘didasarkan pada ide-ide untuk meningkatkan kembali ke skala, ketergantungan lintasan, dan perbedaan utama antara sektor-sektor primer dan industri. Paul Davidson  berikut Keynes erat dalam menempatkan waktu dan ketidakpastian di pusat teori, dari yang mengalir sifat uang dan ekonomi moneter. Moneter sirkuit teori , awalnya dikembangkan di benua Eropa, menempatkan penekanan khusus pada peran khas dari uang sebagai alat pembayaran. Each of these strands continues to see further development by later generations of economists, although the school of thought has been marginalized within the academic profession. Masing-masing untaian terus melihat perkembangan lebih lanjut oleh generasi
The General Theory of Employment, Interest, and Money adalah karya tulis Keynes yang paling terkenal. Buku ini ditulis  sebagai reaksi terhadap depresi besar-besaran yang terjadi tahun 1930-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neo-klasik. Dalam bukunya, Keynes menerangkan bahwa pemerintah harus melakukan campur tangan dalam mengendalikan perekonomian nasional dengan kebijakan-kebijakan secara aktif sehingga mempengaruhi gerak perekonomian.
 Pandangan-pandangan Keynes terus diperbarui dan dikembangkan oleh pendukung-pendukungnya, baik dari golongan Neo-keynesian maupun Post Keynesian. Penerus ajaran Keynes banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian. Teori-teori tersebut menerangkan dan mengantisipasi fluktuasi ekonomi (business cycle) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.
Aliran ini juga mencoba untuk mencari solusi atas kegagalan dari ekonomi liberal yang mengusung asas laissez-faire yang beranggapan pasar dan sektor swasta akan mencapai optimal tanpa campur tangan pemerintah. Pandangan-pandangan mereka disebut Keynesian karena teori-teori mereka diturunkan dari teori determinasi pendapat Keynes.[2] Adapun tokoh Keynesian yang dibahas dalam makalah ini adalah Simon Kuznets dan Paul Samuelson beserta corak pemikiran ekonomi aliran Keynesian.

B.   Pembahasan 
1.  Corak Pemikiran Ekonomi Aliran Keynesian
Aliran Keynesian pada masanya menekankan pembahasan tentang teori fluktuasi ekonomi, menganalisis hal-hal yang dapat menyebabkan perekonomian menjauh dari posisi keseimbangan sehingga tidak stabil, dan yang lebih penting adalah apa tindakan dan kebijakan yang dapat dilakukan untuk mencegah gerak perekonomian yang berfluktuasi tersebut agar menjadi lebih stabil, serta peduli terhadap pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan pada masa pemikiran aliran Klasik, masalah fluktuasi ekonomi hanya dibicarakan selintas saja hal ini dikarenakan sudah begitu melekatnya kepercayaan orang pada pendapat Klasik yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju pada suatu keseimbangan.
Selanjutnya, pendekatan pemikiran-pemikiran terdahulu terhadap teori pertumbuhan misalnya Klasik dan Neo-klasik kurang memperhatikan soal pertumbuhan, sebab mereka lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat mikro.  

a.  Teori Fluktuasi Ekonomi
Pada masa sebelumnya masalah fluktuasi atau siklus ekonomi telah dibicarakan oleh Ricardo dan Struat Mill. Namun, pembahasannya hanya dilakukan secara  selintas. Bagi kaum Keynesian fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab yaitu; Pertama, terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat konsumsi. Sebagai contoh, depresi besar-besaran pada tahun 1930-an terjadi karena naik turunnya jumlah investasi dan pengeluaran konsumsi.
Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi investasi dan pendapatan. Misalnya, terjadi kenaikan money supply dan kurangnya money demand maka tingkat bunga akan menurun, investasi dan pendapatan akan meningkat.  Meningkatnya pendapatan akan mempengaruhi meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat. Namun, apabila terjadi  kenaikan money demand melebihi money supply, maka tingkat bunga akan meningkat, yang akan berdampak pada tingkat investasi dan pendapatan. 
Kedua, fluktuasi terjadi karena tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan kesempatan kerja penuh, yang disebabkan oleh kakunya harga-harga terutama tingkat upah dalam mekanisme penyesuaian. Ketidakseimbangan perekonomian yang berkaitan dengan pengangguran dan inflasi menyebabkan kaum Keynesian percaya perlunya intervensi dari pemerintah sebagai langkah koreksi. 
Jadi, di sini ketika perekonomian mengalami keadaan yang tidak stabil, aliran Keynesian memberi solusi untuk menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi dengan menghadirkan campur tangan dari pemerintah melalui kebijkan-kebijakan yang dilakukan. 
Berbedea dengan aliran Sisi Penawaran, menurutnya lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. Dalam mengatasi inflasi dan pengangguran, jalur  yang ditempuh oleh aliran sisi penawaran melalui program penurunan pajak kepada pengusaha. Alasannya turunnya pajak akan menambah gairah pengusaha dan investasi, yang akan mendorong peningkatan dalam produksi. Dengan  meningkanya produksi, kebutuhan akan tenaga kerja meningkat dan masalah pengangguran dapat  diatasi, dan sekaligus inflasi dapat diredakan.
Sedangkan Keynesian  melihat perekonomian dari sisi permintaan, menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.  

b.  Teori Pertumbuhan dan Pembangunan
Perhatian terhadap pertumbuhan dan pembangunan terutama di Negara-negara berkembang semakin marak berkat pengaruh ajaran Keynes yang menginginkan campur tangan pemerintah dalam proses pembangunan. Bermodalkan teori-teori dan konsep-konsep yang digagas Keynes, banyak negara berkembang ikut aktif terlibat dalam proses pembangunan.
Sebagaimana diketahui negara berkembang ingin cepat-cepat mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju. Salah satu jalan pintas yang dapat ditempuh adalah memacu pertumbuhan ekonomi dengan melaksanakan industrialisasi. Karena industrialisasi diperlukan dana yang tidak sedikit, banyak negara berkembang meminjam modal dari negara-negara maju, beserta asistensi teknis untuk menyelenggarakan pembangunan. Dengan bantuan dana dan tenaga teknis negara-negara berkembang mulai memperbaiki keadaan ekonominya.

c.  Kebijakan fiskal vs kebijakan moneter
Keynesian menganggap kebijakan moneter kurang efektif dalam usaha menstabilkan perekonomian. Karena kebijakan moneter diarahkan hanya untuk pengendalian inflasi dan tidak bisa dipergunakan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil. Sebaliknya, mereka percaya kebijakan fiskal lebih ampuh dalam menstabilkan perekonomian. 
Bagi Keynes, campur tangan pemerintah merupakan keharusan. Misalnya, kalau terjadi pengangguran  pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian sebagian tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sementara itu, menurut kaum moneteris terjadinya inflasi dipersepsikan karena pengeluaran agregat terlalu besar. Maka, untuk membrantas inflasi tersebut pemerintah perlu mengurangi jumlah uang beredar dan inflasi akan turun dengan sendirinya.

2.    Pemikiran-pemikiran Ekonomi  Simon Kuznet (1901-1985)
Simon Kuznets terkenal dalam bidang ekonomi atas studinya tentang pendapatan nasional dan komponen-komponennya. Ia pernah memenangkan hadiah Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1971 atas usahanya mempelopori pengukuran dan analisis atas sejarah pertumbuhan pendapatan nasional negara-negara maju.
Pada awalnya kuznet seorang ahli statistik, yang banyak berkecimpung dengan pengumpulan dan analisis data. Termasuk pula di dalamnya data ekonomi. Karena banyak mengumpulkan data-data ekonomi, ia menjadi tertarik dengan bidang ekonomi. Buku yang ditulis Kuznets yang ada hubungan dengan ekonomi antara lain : National Income and Its Composition (1941), Economic change (1953), dan Modern Economic Growth, Rate, Structure and spread (1960). Dalam karyanya yang pertama, Kuznets banyak menyumbangkan pemikiran tentang hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan pendapatan nasional.
a.    Pendapatan nasional
Berkat jasa Kuznets, pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diwujudkan secara kuantitatif-empiris. Hubungan antara pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, pengangguran, inflasi, dan harga-harga dapat dikaji dan diamati menurut analisis kurun waktu (time series analysis). Dengan analisis time series, kita dapat menghitung pertumbuhan ekonomi lebih eksak. 
Begitu juga dengan  analisis kurun waktu, kita tidak hanya dapat mengetahui apa yang sedang atau sudah terjadi. Kita bahkan bisa meramal, memperkirakan, dan skaligus mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada masa-masa yang akan datang.
Manfaat Pendapatan Nasional yaitu;
1.      Dapat mengetahui dan memperbandingkan kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun. 
2.      Untuk mengukur tinggi rendahnya taraf hidup dan kemakmuran suatu bangsa.
3.      Dapat mengetahui struktur perekonomian suatu negara. 
4.      Membandingkan antara neraca pendapatan nasional dengan neraca pembayaran internasional, sehingga dapat diketahui seberapa besar hubungan luar negeri terhadap perekonomian nasional. 
b.    Petumbuhan ekonomi
Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi bagi para penduduknya. Definisi ini memiliki tiga komponen utama yaitu.: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.[19] 

c.    Pengukuran Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) 
Menurut Kuznet PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu;[20] pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor – impor
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi adalah 
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

3.    Pemikiran-pemikiran Ekonomi  Paul Samuelson
Samuelson memperoleh pendidikan ekonomi di Harvard. Disamping memperdalam ekonomi ia juga sangat mahir dalam ilmu matematika. Jasa Samuelson sangat terlihat dalam melakukan  kodifikasi pemikiran-pemikiran Keynes, kemudian ia melengkapinya dengan pemikiran-pemikiran baru yang lebih luas jangkauannya dengan pendekatan matematika. Buku Samuelson antara lain : Foundation of Economic Analysis (1947) dan economics (1948). Dalam buku Economics, Samuelson memperlihatkan bagaimana perdagangan luar negeri dimasukkan dalam kerangka teori ekonomi makro, mengenai lalulintas perdagangan dan pembayaran internasional. Atas jasa Samuelson, banyak negara yang terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional, termasuk Indonesia. 
Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan dalam lalulintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign trade multiplier (dampak multiplier yang berasal dari perdangan luar negeri) dan berbagai kemungkinan penyimpangan dari keseimbangan internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi mengenai segi ekuilibrium internasional kedalam kerangka umum teori ekonomi makro.
Sementara itu, dalam buku Foundation of Economic Analysis, ia memperlihatkan bagaimana hubungan timbal balik saling memperkuat antara faktor pengganda (multiplier) dengan proses akselerasi (accelerator). Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous investment (investasi yang besarnya ditentukan oleh perekonomian itu sendiri). Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi berlipat ganda karena adanya multiplier, besarnya angka pengganda ini sangat ditentukan oleh kecenderungan menkonsumsi masyarakat. Makin besar kecenderungan mengkonsumsi, makin besar angka pengganda, makin besar pula dampak investasi terhadap perekonomian. Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi jauh lebih besar karena adanya akselerasi. 
Prinsip akselerator secara sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam jumlah investasi. Perubahan dalam investasi menyebabkan bertambahnya pendapatan nasional melalui proses akselerasi, yang bersifat kumulatif. Interaksi antara multiplier dan accelerator berdampak terhadap pendapatan nasional menjadi semakin berlipat ganda.

C.  Kesimpulan 
Keynesian merupakan aliran yang mendukung dan mengembangkan teori-teori dari Keynes. Sebagaimana kita ketahui teori-teori dari Keynes cukup mendunia pada masanya. Aliran Keynesian mengembangkan teori-teori dari Keynes seperti teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas ekonomi dan mengantisipasi fluktuasi ekonomi, serta teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional. 
Dalam mengatasi persoalan ekonomi, Keynesian percaya pemerintah harus campur tangan secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi Full Employment, sebab mekanisme ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan secara otomatis. Keynesian menganggap kebijakan fiskal lebih efektif dalam usaha menstabilkan perekonomian. Berbeda dengan kaum moneteris, yang menganggap kebijakan moneter lebih efektif dalam memecahkan persoalan ekonomi dengan cara menekan atau menambah jumlah uang beredar. 
Ketika aliran Keynesian  mencoba untuk menekan fluktuasi ekonomi agar perekonomin mendekati keadaan stabil, aliran Sisi Penawaran justru berpendapat lebih baik meningkatkan pendapatan nasional melalui pemanfaatan sumber daya penuh, daripada mencoba menekan atau meredakan fluktuasi ekonomi. 
Dua tokoh yang sangat memberi sumbang pemikiran atas kesempurnaan pemikiran Keynes adalah Simon Kuznet dan Paul Samuelson. Kuznets banyak menyumbangkan pemikiran tentang hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan pendapatan nasional. Ia merintis perhitungan pendapatan nasional sejak periode 1929-1932 dan hasilnya 1934 diterbitkan pertama kali sebagai hasil penghitungan Pendapatan Nasional Amerika. Sedangkan Samuelson, berjasa dalam memperkenalkan lalulintas perdagangan dan pembayaran internasional. Atas jasanya banyak negara yang terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional, termasuk Indonesia. Dengan demikian pemikiran-pemikiran Keynesian mengarah kepada ekonomi Makro.

DAFTAR PUSTAKA

A.Karim, Adiwarman.2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers 

pemikiran klasik dan keynes

Teori permintaan uang : pemikiran klasik dan keynes

A.    Latar Belakang
Dalam setiap pembahasan mengenai permintaan uang perlu diperjelas mengenai definisi uang. Hal ini mengingat adanya banyak definisi mengenai uang. Dalam hal ini, uang didefinisikan sebagai alat tukar (medium of exchange), yaitu suatu barang atau kekayaan riil yang secara umum dapat diperima sebagai pembayaran. Uang juga dipergunakan sebagai penyimpan nilai dan sebagai alat pengukur, atau secara ringkasnya biasa dinyatakan dalam satuan uang.

Jumlah uang yang diminta dalam suatu perekonomian, termasuk berbagai jenis kekayaan moneter lain, sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan, peraturan pemerintah dan perkembangan teknologi. Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas, manusia haruslah memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Salah satu bentuk kekayaan seseorang adalah uang. Semakin banyak uang yang dipegang maka semakin kaya. Selain uang, kekayaan juga dapat diwujudkan dalam bentuk surat berharga, deposito atau barang. Namun kebanyakan orang lebih banyak memilih kekayaan dalam bentuk uang daripada dirupakan menjadi surat berharga atau deposito berjangka.
Melalui makalah ini, pemakalah ingin menjawab pertanyaan mengenai penyebab seseorang memilih kekayaannya dalam bentuk kas.
B.     Rumusan Masalah
1)      Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Klasik?
2)      Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Keynes?
C.     Tujuan
1)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Klasik.
2)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Keynesian.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Permintaan Uang Klasik
Teori permintaan uang Klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan tentang alasan seseorang menyimpan uang dalam bentuk kas, namun lebih pada peranan uang dalam perekonomian.[1] Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan lewat konsepsi teori mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang. Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut:
M.V = P.T
Dimana: M = Jumlah Uang Beredar (JUB)
V = Perputaran uang dari satu orang ke orang lain dalam satu periode
P = Harga barang
T = Volume barang yang diperdagangkan
Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan (sisi kanan dari tanda sama dengan) sama besarnya dengan JUB dikalikan dengan kecepatan perputarannya. Meskipun persamaan di atas tidak mencerminkan permintaan uang, namun dapat diubah bentuk menjadi persamaan permintaan uang. Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi. Setiap perekonomian dalam setiap tahap pertumbuhannya mempunyai sistem kelembagaan yang menentukan sifat dari proses transaksi. Besar kecilnya nilai perputaran uang setiap periode tertentu (V) ditentukan oleh sifat dari proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode tertentu. Sistem kelembagaan ini mencakup faktor-faktor misalnya tingkat “monetisasi” sektor ekonomi (masyarakat agraris tradisional memerlukan uang yang lebih kecil untuk setiap volume transaksi daripada masyarakat industri), kebiasaan memberi kredit perdagangan oleh supplier kepada pembelijuga bisa mengakibatkan menurunnya kebutuhan akan uang dan jaringan perbankan memungkinkan dana bisa dikirim antar daerah secara cepat dan mengakibatkan kebutuhan uang menurun.
Implikasi dari teori moneter dari Irving Fisher adalah:
(1)   Permintaan akan uang dalam masyarakat merupakan suatu proporsi dari volume transaksi, dan volume transaksi merupakan suatu proporsi konstan pula dari tingkat pendapatan nasional. Jadi permintaan uang pada analisa terakhir ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional saja, tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tingkat bunga.
(2)   Dari segi kebijaksanaan ekonomi makro, teori moneter ini mempunyai implikasi yang penting, yaitu bahwa tingkat pendapatan nasional equilibrium tidak bisa dipengaruhi oleh kebijaksanaan fiskal. Dalam kasus ini kebijaksanaan moneterlah yang paling efektif untuk mengendalikan tingkat pendapatan nasional.[2]
Selain Irving Fisher, Marshall dan Pigou juga berpendapat mengenai permintaan uang. Teori Marshall dan Pigou (dikenal dengan teori Cambridge) tidak jauh seperti halnya teori Fisher, teori Cambridge berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of exchange). Karena itu, teori-teori Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama antara teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa mendatang. Dalam teori Cambridge, permintaan uang dirumuskan dengan:
M = k.P.Y
dimana Y = Pendapatan nasional riil
 P = Tingkat harga umum
Perbedaan ini cukup penting, karena teori Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation berubah, walaupun dalam jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah maka k juga berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor expectation mempengaruhi, seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang berarti penurunan surat berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang[3].
Teori Cambridge adalah selangkah lebih maju dari teori Fisher, meskipun keduanya jelas masih dalam tradisi teori uang Klasik.
B.       Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi.[4] Seseorang memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk berjaga-jaga (kalau sakit, terkena musibah dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi, dalam hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil dari uang yang dipegang maksimum, dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang dengan bentuk kekayaan lainnya.
a.       Motif permintaan uang untuk tujuan transaksi
Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk melakukan transaksi. Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini sering kali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi di terima, atau pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting untuk dilakukan sebelum waktu penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.
Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan dapat digambarkan sebagai berikut:




Permintaan uang untuk transaksi ditunjukkan dengan L. Terlihat semakin tinggi pendapatan maka semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan transaksi (M). Hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan pendapatan riil (Y/P) tidak selalu linier (garis lurus). Berbeda dengan kaum Klasik. Keynes lebih menekankan permintaan uang untuk spekulasi.
b.      Motif permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk tujuan memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun teori seperti itu tidak pernah membakukan faktor-faktor tersebut ke dalam perumusan teori moneter mereka. Perumusan permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah “formalisasi” dari faktor-faktor tertentu dalam teori moneter.[5]
Keynes tidak membicarakan faktor “uncertainly” dan “expectations” secara umum, seperti teori Cambridge. Tetapi ia membatasi “uncertainly” dan “expectations” mengenai satu variable yaitu tingkat bunga. Pada garis besarnya teori Keynes membatasi pada keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedangkan obligasi dianggap memberikan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode. Dalam teori Keynes dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity).
Secara umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
K = R.P
Dimana K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah tingkat bunga, dan P adalah harga pasar atau nilai sekarang dalam obligasi “perpetuity” tersebut. Persamaan tersebut bisa juga ditulis sebagai berikut:
P = K/R
yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga R. Apabila tingkat bunga turun, maka harga pasar obligasi naik, dan sebaliknya apabila tingkat bunga naik maka harga pasar obligasi turun, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang kas oleh seseorang atau masyarakat. Karena, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka semakin rendah pula ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat untuk menyimpan uang tunai.
Suatu hal yang perlu dicatat mengenai mekanisme permintaan akan uang untuk motif spekulasi seperti yang dikemukakan di sini adalah bahwa semuanya berkisar pada harapan mengenai perubahan tingkat bunga di masa mendatang.Apa yang menetukan harapan seseorang akan gerak dari tingkat bunga? Mengenai hal ini Keynes mengatakan bahwa pada suatu waktu seseorang mempunyai pendapat mengenai tingkat bunga yang ia anggap “normal”. Bila pada suatu waktu tingkat bunga yang berlaku lebih tinggi dari tingkat bunga yang ia anggap normal, maka ia akan mengharapkan bahwa tingkat bunga akan turun di masa mendatang.
Teori moneter Keynes ini mempunyai implikasi-implikasi teori maupun kebijaksanaan yang penting, yang berbeda dengan teori-teori Klasik, yaitu:
(1)           Teori Klasik mempunyai ciri dasar bahwa perubahan volume uang beredar tidak mempengaruhi tingkat maupun komposisi pengeluaran dalam masyarakat. Volume jumlah uang yang beredar hanya mempengaruhi tingkat harga umum (P).
(2)           Teori permintaan akan uang dari Keynes mempunyai implikasi bahwa permintaan uang adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dan berubah posisi dengan cepat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena Keynes menekankan peranan faktor uncertaity dan expectationdalam menetukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi.
 BAB III
KESIMPULAN
            Perkembangan teori permintaan uang ternyata semakin pesat. Berbagai studi empiris telah dilakukan untuk mendukung perkembangan teori di atas. Perkembangan teori Keynes menunjukkan bahwa motif permintaan uang untuk transaksi juga dipengaruhi oleh tingkat bunga. Beberapa catatan mengenai model permintaan uang menyangkut masalah ketidakpastian, model antar generasi, kendala cash in advance dan jangka waktu. Selain permasalahan di atas, perkembangan teknologi transaksi dan institusi yang menjadi latar belakang studi masih memberikan alternatif tantangan studi model permintaan uang.
Kesimpulan-kesimpulan dari hasil studi empiris model permintaan uang masih selalu bersifat tentatif. Berbagai permasalahan ini menunjukkan bahwa studi tentang model permintaan uang belum berakhir dan masih tetap menarik.

DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_uang_dan_bank/bab_3_permintaan_uang.pdf (diakses pada tanggal 5 November 2014).
Prasetya, Eka dalam http://ekaprasetyaa.blogspot.com/2013/01/teori-permintaan-uang-menurut-klasik.html (diakses pada tanggal 5 November 2014).


[1]http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_uang_dan_bank/bab_3_permintaan_uang.pdf
[2] Boediono. Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Moneter. (Yogyakarta: 1985). Hal: 20.
[3] Op cit. Boediono. Hal: 26.
[4] Ibid. Hal: 28.
[5] Prasetya dalam http://ekaprasetyaa.blogspot.com/2013/01/teori-permintaan-uang-menurut-klasik.html.

TULISAN BAB 2

Uang dan Standar Moneter

Uang merupakan alat pembayaran yang dilakukan oleh semua kalangan didunia, tanpa uang kita tidak dapat membeli sesuatu. Sebelum adanya uang transaksi yang dilakukan adalah barter atau menukar barang sesuai dengan jumlah barang yang dibutuhkan. Uang memang sangat penting dimana pun, sehingga tanpa uang kita tidak bisa melakukan transaksi jual beli, bahkan ada pepatah yang mengatakan “Ada uang, ada barang” maksudnya dari pepatah ini memang sangat tepat.
Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.
Jadi, uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai dan diterima umum untuk melakukan berbagai macam transaksi ekonomi/pembayaran seperti pembelian barang dan jasa, pelunasan hutang, investasi, dan lain-lain.

Arti Penting Uang dalam perekonomian dibagi atas :
·       Arti penting uang dalam produksi
Produsen memproduksi dan menjual barang/jasanya sehingga menerima keuntungan dalam bentuk uang pada investasi kapitalnya.Bila keuntungan diperoleh dengan mudah, misal pada masa makmur, jumlah uang yang ditanamkan pada pabrik-pabrik dan peralatan baru meningkat.Investasi ini menguntungkan bagi masyarakat karena adanya aliran barang-barang dan jasa- jasa di pasar yang semakin meningkat.
·       Arti penting uang dalam pertukaran dan konsumsi
Uang diterima umum dan digunakan secara luas dalam pertukaran merangsang aliran barang-barang dari produsen ke konsumen. Pendapatan konsumen dalam bentuk : upah, gaji, ataupun sewa, memudahkan mereka untuk memenuhi keinginannya dengan menukarkan uang tersebut dengan barang-barang dan jasa- jasa. Kelancaran daripada sistem pertukaran uang ini meningkatkan standar hidup masyarakat sebagaimana dengan meningkatnya produksi dan selanjutnya dipasarkannya untuk ditukarkan dengan uang.
·       Arti penting uang pada masyarakat
Umumnya masyarakat menggunakan uang untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa, dimana ini menjamin kesediaan masyarakat dalam menukarkan uangnya dengan barang-barang dan jasa-jasa.Sehingga setiap orang puas pada pekerjaannya yang sudah sesuai untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang. Pembagian spesialisasi (tugas) merupakan cirri khas dari pada masyarakat modern yang akan meningkatkan produksi, pertukaran dan kesejahteraan masyarakat.

Ciri – ciri  uang
a)        Dapat Diterima Umum dan Nilainya Stabil (Acceptability) : Agar suatu barang dapat berfungsi sebagai uang, maka alat tersebut harus dapat diterima oleh individu dan pihak pihak atau kelompok yang terlibat dalam transaksi dalam system pertukaran tersebut.
b)        Mudah Dibawa dan Ditukarkan (Portability) : Kemana pun kita pergi tidak lupa membawa uang oleh sebab itu uang harus dibentuk sekian rupa sehingga dapat dibawa dan dapat mudah untuk melakukan transaksi, dalam hal ini uang kertas yang diciptakan sebagai media tukar sangat mendukung dan cocok untuk maksud tersebut baik dalam transaksi besar maupun transaksi kecil
c)        Tahan Lama Awet dan Tidak Mudah Ditiru (Durability) : Uang logam atau kertas harus tahan terhadap aapapun sehingga dapat bertahan lama, dalam tindak kriminal uang kertas menjadi sasaran tepat untuk meniru atau memperbanyak uang karena gambar ataupun warnanya dapat ditiru dengan mudah namun uang logam tidak dapat ditiru sehingga para kriminal hanya meniru uang kertas saja. Dengan sendirinya untuk menghindari kemungkinan tersebut uang harus dicetak dengan diberi kode kode tertentu dan dibuat dari bahan khusus yang sulit untuk ditiru.
d)       Dapat di Bagi dalam Unit yang Lebih Kecil ( Devisibility ) : Karena uang dibuat untuk mampu berfungsi sebagai alat pertukaran dalam unit besar maupun kecil maka uang tersebut juga harus dapat dibagi bagi dalam kelipatan nominal besar dan kecil misalnya Rp 100, Rp1000, Rp 10.000 Rp 50 000 Rp 100.000 dan sebagainya.
e)        Jumlahnya Mencukupi untuk Transaksi ( Elasticity of suplay ) : Jumlah uang yang beredar harus mencukupi kebutuhan dunia usaha/perekonomian agar pertukaran tidak macet, sehingga otoritas moneter bank central sebagai pencipta uang tunggal harus mampu melihat perkembangan perekonomian jumlah barang jasa yang dipertukarkan dan menyediakan jumlah uang yang cukup untuk diedarkan bagi perkembangan perekonomian tersebut.

Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan. Pada eknomi moneter dikenal dengan yang namanya standar moneter.Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai uang artinya bahwa uang merupakan alat pembayaran yang sah untuk melakukan segala transaksi ekonomi. Tanpa uang kita akan kesulitan dalam bertransaksi di masyarakat, dan ternyata jumlah uang yang beredar pun mempengaruhi kemakmuran masyarakat suatu negara. Atau didefinisikan bahwa  standar moneter atau monetary standard yaitu dasar satuan uang dalam sistem moneter yang berfungsi sebagai alat pembayaran, pengukuran nilai, dan pengendali jumlah uang beredaratau sebagai system moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk didalamnya peraturan tentang ciri-ciri/sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang yang beredar (baik logam ataupun kertas), ekspor-impor logam-logam mulia serta fasilitas bank dalam hubungannya dengan ekspansi demand deposit. Tujuan penetapan standar juga untuk mengurangi jumlah ekspor impor. Karena dengan adanya standar tertentu, maka dapat ditentukan barang-barang yang memenuhi standar saja yang akan di ekspor dan impor. Sehingga barang-barang yang tidak memenuhi standar yang ditentukan oleh pemerintah tidak boleh di impor atau di ekspor.
Di dalam bukunya Boediono membahas masalah standar moneter internasional yang maknanya dimana yaitu sesuatu barang atau mata uang yang diterima oleh mayoritas Negara-negara di dunia sebagai “mata uang dunia”. Mata uang dunia ini persis seperti halnya mata uang didalam suatu Negara, harus memenuhi keempat fungsi uang yaitu : sebagai alat tukar, sebagai pengukur nilai, sebagai alat untuk menyelesaikam utang piutang dan sebagai alat penyimpan nilai atau penyimpan daya beli. Hanya saja standar moneter internasional harus diterima, tidak hanya oleh para warga-negara didalam satu Negara, tetapi oleh para warga Negara dari mayoritas Negara-negara di dunia. Oleh karena itu pemerintah melalui Bank Sentral mencetak uang. Bank Sentral merupakan lembaga keuangan yang menjalankan kebijakan moneter dengan menggunakan berbagai instrument moneter, dengan bank-bank umum sebagai mediator yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat yang merupakan sasaran kebijakan moneter. Standar moneter pada hakekatnya bisa dikategorikan menjadi dua golongan yaitu; standar barang (commodity standard) dan standar kepercayaan (fiat standard).

B.       Perkembangan Sistem Moneter
Dalam sejarah perkembangan sistem moneter, kita jumpai bahwa masyarakat telah menggunakan standar moneter yang berbeda-beda dari waktu ke-waktu. Sebelum Perang Dunia I, standar moneter yang diterima yang diterima oleh mayoritas Negara-negara adalah suatu barang yang disebut emas. Pada waktu itu, standar emas pula yang digunakan bertransaksi dalam negeri. Oleh sebab itu, konversi antara mata uang Negara satu dengan mata uang Negara lain sangatlah mudah, dan nilai tukar antara Negara yang satu dengan yang lain  (antara setiap mata uang dengan barang-barang, yaitu “ tingkat harga-harga”) menunjukkan kestabilan yang mantab.
Namun setelah Perang Dunia I, emas mulai ditinggalkan sebagai satu-satunya standar moneter. Sebab utama ditinggalkan emas sebagai standar moneter dunia bukanlah karena orang-orang dan Negara-negara tidak lagi percaya pada nilai emas, akan tetapi karena jumlah emas yang tersedia semakin tidak cukup untuk menunjang transaksi-transaksi nasional maupun internasional yang semakin meningkat akibat dari pertumbuhan perekonomian dan perdagangan dunia. Sistem standar emas justru menjadi penghambat pertumbuhan perekonomian dan perdagangan dunia.Dimana-mana terdapat krisis liquiditas karena tidak cukupnya alat pembayaran untuk menyangga volume transaksi yang semakin membesar.Untuk mengatasi krisi tersebut banyak Negara yang mulai meninggalkan sistem standar emas yang murni dengan jalan membatasi konvertibilitas dari mata uang kertas mereka sendiri dengan emas.Di dalam negeri, uang kertas tidak lagi bisa ditukar dengan emas.Cadangan emas hanya mempunyai arti simbolis bagi uang kertas didalam negeri, meskipun masih tetap merupakan alat pembayaran luar negeri utama. Ini disebut sistem devisa emas.
Sementara itu, terutama setelah Perang Dunia II, perdagangan luar negeri antar bangsa-bangsa semakin membesar, dan emas yang telah dibebaskan sebagai peranannya sebagai standar moneter dalam negeri itupun ternyata tidak juga cukup persediaannya untuk menyangga volume transaksi perdagangan dunia. Krisi liquiditas dunia mulai muncul kembali dan Negara-negara di dunia mulai mencari alternative.Mulai pecah Perang Dunia II sampai awal tahun ’60 an, mata uang dolar amerika merupakan standar moneter internasional. Nilainya yang stabil dan peranan yang dominan dari Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia telah membuat dolar sebagai mata uang yang paling “konvertibal” dan dimana-mana diterima sebagai alat penyelesaian transaksi antar Negara, terutama sekali setelah berakhirnya Perang Dunia II dan waktu mana perekonomian dan perdagangan dunia kembali mengalami kemajuan yang pesat. Dollar shortage atau kelangkaan dollar adalah masalah moneter internasional waktu itu.
 Mulai awal ’60 an, dan terutama setelah perang Vietnam semakin menghebat pada tahun 1965, keadaan berbalik dari kekurangan dollar menjadi kelebihan dollar “dollar glut”.Sebabnya adalah membengkaknya deficit neraca pembayaran Amerika Serikat (pembiayaan perang Vietnam, larinya modal keluar negeri dan sebagainya), dan laju inflasi yang tinggi dinegara tersebut membesarnya deficit neraca pembayaran telah mengakibatkan semakin melimpahnya uang dollar tersebut menjadi “terlalu banyak. Inflasi yang tinggi dalam negeri Amerika Serikat telah mengakibatkan semakin parahnya deficit neraca pembayaran itu sendiri dan sekaligus menurunkan kepercayaan  orang luar terhadap dollar atau tidak lagi merupakan store of value yang baik. Dan memang factor kepercayaan ini sangat menentukan apakah sesuatu mata uang atau barang bisa tetap bertahan sebagai suatu standar moneter (didalam negero, dan apalagi in ternasional.Orang mulai enggan memegang dollar dan posisinya sebagai standar moneterb internasional terus melemah.Sekali lagi orang beramai-ramai memegang emas, yang ternyata mampu mepertahankan nilainya di segala zaman.
Ditinggalkan dollar sebagai standar moneter internasioanal sangat mengacaukan perekonomian dan perdagangan dunia. Masalah pokoknya adalah selama dollar sebagai stanadar moneter internasional belum ada gantinya dan masyarakat dunia cenderung kembali kepada standar emas, dan akan berakibat krisis liquiditas dunia yang sangat parah. Jumlah emas yang tersedia dan laju pertambahannya dari tahun ke tahun adalah jauh dari pada cukup untuk menyangga volume atau pertumbuhan perdagangan inter nasional. Kembali ke standar emas berarti timbul resiko dan mungkin defresi dunia, karena baik laju pertumbuahan output maupun volume perdagangan dunia akan terhambat oleh adanya kekurangan alat pembayaran (liquiditas) yang serius.




C.       Macam-macam Standar Moneter
Standar moneter pada hakikatnya dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu standar barang (commodity standard) dan standar kepercayaan(fiat standard).

1.    Standar barang (commodity standard)
Standar barang adalah sistem moneter di mana nilai uang dijamin sama dengan berat tertentu barang (emas atau perak). Setiap nilai uang yang beredar dijamin dengan barang tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Jika suatu Negara hanya memakai satu jenis barang (logam) sebagai standar moneternya maka Negara tersebut dikatakan menganut “mono metallism standard”, tetapi jika Negara tersebut memakai dua barang (logam) sebagai standar moneternya maka dikatakan bahwa Negara tersebut menganut “bimetallism standard”.

Standar barang ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a.    Standar Emas (the gold standard)
Standar emas diartikan sebagai suatu sistem moneter di mana suatu negara bebas memperjualbelikan emas dengan harga yang pasti.Di samping itu, negaranya juga mengizinkan seseorang untuk mengimpor dan mengekspor emas tanpa batas.
Macam – macam standar emas :
-        The Gold Coin Standar
-        The Gold Bullion Standar
-        The Managed Gold Bullion Standard
-        The Gold Exchange Standar

Kebaikan standar emas di antaranya sebagai berikut.
a)    Acceptability, artinya masyarakat menerima emas dan uang yang didasarkan atas emas karena kegunaan dari logam ini.
b)   A chek on inflation and deflation, artinya dapat mencegah timbulnya inflasi (kenaikan harga secara terus-menerus) dan deflasi (penurunan harga secara terus-menerus).
c)    Automatic limitation on medium of exchange, artinya persyaratan minimum cadangan emas untuk uang kertas yang diciptakan dan deposito bank dapat menekan secara otomatis pada kelebihan pencetakan uang kertas dan kredit bank.
d)   Basic of international money system, artinya diterimanya uang kartal secara umum yang didasarkan pada emas dan karena nilainya yang stabil sehingga uang dipakai sebagai nilai standar internasional serta sebagai alat penukar.
e)    Stimulus to international investment and trade, artinya standar emas dapat menggairahkan perdagangan internasional dan investasi.
f)    Uniform international price system, artinya dapat membentuk harga internasional dari kegiatan ekspor dan impor emas di pasar bebas dan secara otomatis dapat membuat penyesuaian pada harga-harga internasional.

Keburukan standar emas dapat diuraikan sebagai berikut.
a)    Kepercayaan terhadap uang timbul hanya bila kepercayaan itu diperlukan, karena selama resesi kepercayaan terhadap uang hancur, sehingga permintaan masyarakat terhadap emas untuk uang dan deposito bank menghabiskan cadangan logam yang dimiliki pemerintah dan memaksa untuk meninggalkan standar emas ini.
b)   Jika standar emas ditinggalkan, berarti tidak ada lagi pembatasan secara otomatis pada penawaran uang dan deposito.
c)    Standar emas tidak otomatis seperti yang kita tuntut atau kita percayai, dan harapan penyesuaian harga internasional tidak akan terjadi.
d)   Pengumpulan cadangan emas tanpa memandang perkembangan dunia usaha yang bersangkutan akan menimbulkan spekulasi dan berakibat nilai uang jatuh.
e)    Selama kadar emas tetap pada setiap satu-satuan moneternya akan menjamin stabilitas pertukaran dan perdagangan luar negeri, tetapi tidak menjamin keseimbangan harga di dalam negeri




.
Bagian-bagian standar emas diantaranya:
1)        Standar Emas Penuh (Full Gold Standard) : adalah sistem moneter di mana uang emas sepenuhnya beredar pada masyarakat.
Persyaratan standar emas penuh :
ü Nilai satu-satuan uang dikaitkan dengan seberat tertentu emas dan yang beredar uang emas.Ex : 1US$ = 23,22 gram emas murni
ü Pemerintah bersedia melebur dan menempa
ü Adanya hubungan yang tetap antara satuan moneter dengan sejumlah tertentu emas
ü Adanya kebebasan pengelolaan emas
2)        Standar Inti Emas (Gold Bullion Standard) : adalah sistem moneter di mana persediaan emas yang ada dalam negeri dijadikan sebagai cadangan untuk pembayaran ke luar negeri dan sebagai jaminan uang kertas yang dikeluarkan.
Persyaratan standard inti emas :
ü Masyarakat tidak mempunyai hak lagi untuk menempa   mata uang emas,
ü Selalu dipelihara perbandingan antara nilai satuan uang dengan seberat tertentu emas
ü Bank sentral bersedia untuk membeli dan menjual  emas  dengan harga sesuai undang-undang
ü Mata uang emas masih beredar dalam masyarakat tetapi jumlahnya lebih kecil
3)        Standard Wissel Emas (Gold Exchange Standard) : adalah sistem moneter di mana uang emas sudah tidak beredar lagi di masyarakat dan diganti dengan uang kertas tetapi nilai satu-satuan uang tetap dijamin dengan seberat tertentu emas.
Persyaratan standard wissel emas :
ü Selalu dipelihara perbandingan antara nilai satuan uang dengan seberat tertentu emas
ü Bank sentral tidak lagi membeli dan menjual  emas
ü Mata uang emas masih tidak beredar dalam masyarakat tetapi diganti uang kertas
ü Emas disimpan oleh Bank Sentral sebagai jaminan uang beredar, investasi di luar negeri dan disimpan di bank-bank luar negeri, dan emas dapat ditukar dengan valuta asing.





b.   Standar Perak (the silver standard)
Standar perak adalah suatu sistem standar moneter di mana suatu bangsa bebas memperjualbelikan perak dengan harga yang pasti dan mengizinkan seseorang untuk mengimpor dan mengekspor perak tanpa batas. Standar perak mempunyai kebaikan dan keburukan yang sama dengan standar emas.

c.    Standar Kembar (emas dan perak).
Standar kembar artinya suatu negara menggunakan dua logam sebagai logam standar, misalnya emas dan perak dengan perbandingan tertentu di antara kedua macam standar tersebut.
Besarnya perbandingan mata uang emas dan mata uang perak ditentukan oleh pemerintah dengan melalui undang-undang. Misalnya saja undang-undang menetapkan perbandingan antara emas dan perak adalah 1 gram emas = 10 gram perak (10:1).
Besarnya perbandingan menurut undang-undang tersebut telang mengalami perubahan-perubahan  dalam perbandingan kedua mata uang, sehingga mata uang yg bernilai tinggi terdesak diantara nilai sistem peredarannya. Misalnya perbandingan antara emas dan nperak menurut undang-undang adalah 10:1. Sedangkan di pasar bebas terjadi perubahan harga, sehingga perbandingan antara emas dan perak menjadi 1 gram emas = 15 gram perak (15:1). Dengan adanya perubahan harga tersebut orang dapat mengambil untung dengan cara melebut mata uang emas dan menukarnya dengan mata uang perak, karena 1 gram emas dia akan memperoleh 15 gram perak. Perak yang diperoleh sebanyak 10 gram dibuat menjadi mata uang perak yang nilainya sama dengan 1 gram mata uang emas (perbandingan menurut undang-undang). Akibatnya mata uang emas akan menghilang dari peredaran, karena banyak dilebur untuk ditukar dengan perak. Sehingga uang yang beredar dalam perekonomian hanya mata uang perak saja.
2.        Standar kepercayaan (fiat standard)
Standar kepercayaan merupakan sistem moneter di mana nilai uang tidak dijamin dengan seberat tertentu barang, tetapi kepercayaan masyarakat dapat menerima uang sebagai alat pembayaran yang sah.




Kebaikan standar kepercayaan di antaranya sebagai berikut.
1)   Terlepasnya dari cadangan logam untuk penciptaan uang dan kredit mengakibatkan perluasan uang dan kredit serta memenuhi persyaratan perdagangan.
2)   Akibat yang bersifat inflasi dan deflasi dari standar emas otomatis dapat dihindari,
3)   Lebih murah untuk mencetak uang kertas daripada uang logam.

Adapun keburukan standar kepercayaan antara lain sebagai berikut.

  1. Tidak dikaitkannya dengan cadangan logam mengakibatkan pencetakan uang kertas dan kredit bank yang berlebihan.
  2. Pencetakan uang adalah suatu hal yang mudah tetapi akan berakibat inflasi yang hebat(hyperinflation).
  3.  Dapat mengakibatkan fluktuasi harga atau nilai tukar valuta asing sehingga dapat menghancurkan keuangan internasional, perdagangan, dan investasi.

3
  •        The Managed Paper Standard Macam – macamnya 
  •  Fiat Money

Merupakan uang kartal yang tidak dijamin dengan emas ataupun perak, dibuat oleh pemerintah dan tanpa janji untuk dapat ditebus.Nilainya tidak dijamin dengan seberat emas atau perak dan nilai tukarnya tergantung pada kemampuan pemerintah dalam membatasi jumlahnya agar dapat mengurangi penyusutan yang besar
  •  Inconvertible Paper Money

Uang kartal yang tidak dapat ditukarkan (inconvertible). Kelanjutan dari peredarannya dan siap diterimanya uang ini oleh masyarakat pada masa lalu Karen mempunyai janji untuk membayar sejumlah tertentu, tetapi tidak dapat ditebus, dan ini tergantung pada 2 faktor yaitu :
a.      Pemerintahan menguasai cadangan uang
b.     Posisi kredit pemerintah didasarkan pada besarnya cadangan logam (emas atau perak) dan penggunaannya untuk menebus apa yang tidak dapat ditebus uang kertas.

  •  Kebaikan dari Managed Money :

a.      Terlepasnya dari cadangan logam untuk penciptaan uang dan kredit mengakibatkan perluasan uang dan kredit untuk memenuhi persyaratan cadangan.
b.     Akibat – akibat yang bersifat inflasi dan deflasi dari standar emas yang otomatis dapat dihindari.
c.      Lebih murah untuk mencetak uang kertas daripada uang logam

  • Keburukan dari Managed Money :

a.      Tidak dikaitkannya dengan sesuatu cadangan logam mengakibatkan pencetakan uang kertas dan kredit bank yang berlebihan, khususnya pada waktu penerimaan pajak menurun dan pengeluaran pemerintah menaik (deficit anggaran dibiayai dengan pencetakan uang dan kredit bank)
b.     Karen nilai tukar valuta asing tidak dijamin dengan suatu logam tertentu akan mengakibatkan fluktuasi – fluktuasi tertentu didalam harga – harga yang akan menghancurkan keuangan internasional, perdagangan dan investasi.